- Jacques Derrida
structuralism dianalogikan dengan suatu teks atau bahasa. Sebuah kata
terstruktur menjadi sebuah bahasa yang dapat membentuk sebuah
interpretasi/penafsiran. Pada pengertian ini, Jacques terpengaruh oleh
tokoh pendapat Ferdinand de Saussure,“that meaning was to be found
within the structure of a whole language rather than in the analysis of
individual words.”
Jacques juga berpendapat bahwa kita tidak bisa mendapatkan akhir dari penafsiran sebuah kalimat-sebuah kebenaran, karena semua kalimat memiliki banyak arti dan berbeda-beda. Tetapi ada sebuah kemugkinan tentang penafsiran yang berlawanan dan tidak ada suatu jalan yang tidak tertafsirkan untuk menjelaskan keberadaan penafsiran yang berlawanan ini. Jacques mengembangkan paham dekonstruksi untuk uncovering interpretasi/penafsiran teks yang beragam. Semua kalimat memiliki ambiguitas sehingga untuk mendapatkan final interpretation adalah sesuatu yang mustahil.
Jacques juga berpendapat bahwa kita tidak bisa mendapatkan akhir dari penafsiran sebuah kalimat-sebuah kebenaran, karena semua kalimat memiliki banyak arti dan berbeda-beda. Tetapi ada sebuah kemugkinan tentang penafsiran yang berlawanan dan tidak ada suatu jalan yang tidak tertafsirkan untuk menjelaskan keberadaan penafsiran yang berlawanan ini. Jacques mengembangkan paham dekonstruksi untuk uncovering interpretasi/penafsiran teks yang beragam. Semua kalimat memiliki ambiguitas sehingga untuk mendapatkan final interpretation adalah sesuatu yang mustahil.
• Post structuralism : Deconstruction
• Filosofis panutan : Plato, FreudRousseau, Saussure
Sebagai
sebuah konsep, Dekonstruksi adalah semangat. Gagasan Derrida adalah ide
untuk melakukan perlawanan untuk selamanya. Ia bersifat anti-kemapanan.
Itu artinya, ia juga tidak mencari sebuah kemapanan baru. Sebagai
sebuah energi, Dekonstruksi berkehendak melenting bebas tidak beraturan.
Ia
bukan logos, jadi jangan jadikan sebuah konstruksi. Benar bahwa
Dekonstruksi Derrida telah diadopsi dalam arts. Dalam seni instalasi,
dalam politik, juga dalam arsitektur. Namun demikian, Dekonstruksi
bukanlah sebuah logos, ia bukanlah sebuah pakem. Melainkan, sebuah
dorongan untuk memberontak.
Aku ingin menggunakan analogi bangunan rumah: Dalam rangka bangunan pasti ada beberapa sambungan, misalnya saja di atap. Nah, dekonstruksi adalah upaya untuk mengupas plester-plester atau plafonnya, kemudian kita mengamati dengan teliti setiap sambungan rangka bangunan hingga kita menemukan kesalahan-kesalahan di setiap sambungan. Itulah dekonstruksi; menunjukkan kesalahan. Dengan terus-menerus. Mencari sebuah kesadaran, kritis, dan wataknya ; membangunkan! Tetapi tidak akan pernah mencapai konstruksi baru, dan tidak akan pernah selesai.
Aku ingin menggunakan analogi bangunan rumah: Dalam rangka bangunan pasti ada beberapa sambungan, misalnya saja di atap. Nah, dekonstruksi adalah upaya untuk mengupas plester-plester atau plafonnya, kemudian kita mengamati dengan teliti setiap sambungan rangka bangunan hingga kita menemukan kesalahan-kesalahan di setiap sambungan. Itulah dekonstruksi; menunjukkan kesalahan. Dengan terus-menerus. Mencari sebuah kesadaran, kritis, dan wataknya ; membangunkan! Tetapi tidak akan pernah mencapai konstruksi baru, dan tidak akan pernah selesai.