Translate

Wikipedia

Search results

Wednesday, October 23, 2013


  1. Jacques Derrida
structuralism dianalogikan dengan suatu teks atau bahasa. Sebuah kata terstruktur menjadi sebuah bahasa yang dapat membentuk sebuah interpretasi/penafsiran. Pada pengertian ini, Jacques terpengaruh oleh tokoh pendapat Ferdinand de Saussure,“that meaning was to be found within the structure of a whole language rather than in the analysis of individual words.”
Jacques juga berpendapat bahwa kita tidak bisa mendapatkan akhir dari penafsiran sebuah kalimat-sebuah kebenaran, karena semua kalimat memiliki banyak arti dan berbeda-beda. Tetapi ada sebuah kemugkinan tentang penafsiran yang berlawanan dan tidak ada suatu jalan yang tidak tertafsirkan untuk menjelaskan keberadaan penafsiran yang berlawanan ini. Jacques mengembangkan paham dekonstruksi untuk uncovering interpretasi/penafsiran teks yang beragam. Semua kalimat memiliki ambiguitas sehingga untuk mendapatkan final interpretation adalah sesuatu yang mustahil.
• Post structuralism : Deconstruction
• Filosofis panutan : Plato, FreudRousseau, Saussure
Sebagai sebuah konsep, Dekonstruksi adalah semangat. Gagasan Derrida adalah ide untuk melakukan perlawanan untuk selamanya. Ia bersifat anti-kemapanan. Itu artinya, ia juga tidak mencari sebuah kemapanan baru. Sebagai sebuah energi, Dekonstruksi berkehendak melenting bebas tidak beraturan.
Ia bukan logos, jadi jangan jadikan sebuah konstruksi. Benar bahwa Dekonstruksi Derrida telah diadopsi dalam arts. Dalam seni instalasi, dalam politik, juga dalam arsitektur. Namun demikian, Dekonstruksi bukanlah sebuah logos, ia bukanlah sebuah pakem. Melainkan, sebuah dorongan untuk memberontak.
Aku ingin menggunakan analogi bangunan rumah: Dalam rangka bangunan pasti ada beberapa sambungan, misalnya saja di atap. Nah, dekonstruksi adalah upaya untuk mengupas plester-plester atau plafonnya, kemudian kita mengamati dengan teliti setiap sambungan rangka bangunan hingga kita menemukan kesalahan-kesalahan di setiap sambungan. Itulah dekonstruksi; menunjukkan kesalahan. Dengan terus-menerus. Mencari sebuah kesadaran, kritis, dan wataknya ; membangunkan! Tetapi tidak akan pernah mencapai konstruksi baru, dan tidak akan pernah selesai.